Medan l intelpostnews.com
PT Nuantara Star Connect (NSC) salah satu perusahaan penyedia jasa layanan Internet Service Provider (ISP) berbasis koneksi satelit yang beroperasi di Indonesia.
Perusahaan ini melakukan Workshop Go to Market ekspansi bisnis ke wilayah Sumatera Utara dengan menggandeng tiga perusahaan Partner Bisnis Strategis lokal..
Workshop dihadiri dari perwakilan Kominfo Pemprov Sumatera Utara Budi M Amin, Perwakilan Kominfo Pemko Binjai Risnandar mendukung penuh NSC menjadi solusi untuk wilayah/daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) termasuk di wilayah Sumatera Utara. Selain itu NSC juga bekerjasama dengan Partner Bisnis Strategis lokal yang dijadikan ujung tombak penetrasi bisnis PT NSC di Sumatera Utara yakni, PT Indo Digital Network, PT Infokom serta PT Bantu Desa Digital dan pebisnis dari berbagai Wilayah Kota Medan dan Sumatera Utara dan dirangkaikan dengan acara demo Instalasi dan penggunaan internet Satelit VSAT Starlink.
Direktur Utama NSC Sugeng Jadmoko mengungkapkan, berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) hingga bulan Januari tahun 2024, penetrasi internet di Negara Indonesia baru mencapai 79.9%.
*Artinya, rasio penduduk yang sudah terkoneksi dengan internet sudah mencapai 79,5% dari total populasi jumlah penduduk nasional.
” ujar Sugeng Jadmoko di sela-sela Acara Workshop Business *Medan Smart City, Connecting the Digital Ecosystem*
Kamis, (25/04/2024), di Hotel Radisson Medan.
Sugeng Jadmoko yang turut didampingi Director of Commercial Thomas Andreas Kadi, IT Manage Services and Security Solution Head Eddy Wahyudi, IOT and Smart Energy Solution Head Taufik Ambaryanto serta Sales Manager Maulana Setiawan menilai bahwa rasio interaksi penduduk Indonesia dalam menggunakan internet saat ini sudah berada di posisi yang cukup baik, namun demikian di sisi lain peneterasi tersebut masih belum maksimal menurutnya, masih banyak lagi warga masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan intemet khususnya untuk warga masyarakat yang berada di daerah 3T.
Untuk itulah, PT NUSANTARA STAR CONNECT berkomitmen tinggi untuk turut serta mensukseskan program pemerintah dalam mengentaskan digital divide atau kesenjangan digital bagi masyarakat yang berada di daerah-daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil dan terluar dari wilayah Indonesia. “Dan langkah ini sejalan dengan visi dan misi PT NSC yang fokus dalam menyediakan layanan internet berbasis koneksi Satelit di Indonesia dengan didukung teknologi yang canggih namun juga tersedianya solusi layanan teknologi informasi dan komunikasi lainnya yang terintegrasi seperti Smart Power System, Cybersecurity solution yang berbasis Managed Services akan terwujudnya Internet Cepat Sampai Pelosok Negeri, dengan komitmen kuat untuk memberikan layanan berkualitas dan solusi yang tepat dalam rangka mengatasi kesenjangan digital di Indonesia.
Sementara itu, Thomas mengungkapkan, khusus untuk layanan internet di wilayah Pulau Sumatera, merupakan daerah yang memiliki kondisi geografis yang sangat dinamis.
Dimana sebagian besar wilayah Sumatera Utara terdiri dari Pegunungan, kepulauan dan medan yang ekstrim. Oleh karena itu wajar jika saat ini masih banyak masyarakat di daerah-daerah yang juga belum tersentuh oleh layanan internet.
“Untuk masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan juga di daerah yang kondisi geografisnya tidak terlalu ekstrim, layanan internet tentunya sangat mudah untuk diperoleh. Karena penyelenggara jasa layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) dapat dengan mudah mengembangkan jaringan infrastruktur internet dengan menggunakan media kabel fiber optik serta membangun tower BTS (Base Transceiver Station) untuk jaringan layanan akses 4G dan 5G tanpa harus menghadapi situasi geografis yang ekstrim, seperti pegunungan, jurang, kawasan perairan baik laut, danau dan sungai serta halangan geografis pada umumnya. ” urai Thomas.
Namun sebaliknya, situasinya sangat berbeda untuk masyarakat yang berada di kawasan/wilayah 3T yang mana kondisi geografisnya banyak terkendala medan yang ekstrim. “Nah, bagi masyarakat yang berada di wilayah tersebut, satu-satunya solusi untuk mendapatkan layanan internet adalah dengan menggunakan akses internet satelit. Melalui terminal VSAT (Very Small Aparture Technology) yang di pasang di lokasi yang tidak terjangkau layanan internet kabel maupun jaringan selular 4G dan 5G. “terang Thomas.
Untuk itulah PT NSC hadir dengan menyediakan layanan internet berbasis teknologi satelit tercanggih saat ini dengan internet Starlink, yakni akses intemet tercepat di dunia saat ini karena terhubung dengan lebih dari 6 ribu satelit yang berada di orbit rendah bumi (LEO/Low Earth Orbit), dengan total kapasitas kemampuan layanan per satelitnya bisa mencapai 150 Gbps.
Di samping kapasitas layanan internet yang sangat besar, perangkat terminal VSAT yang digunakan juga sangat praktis, relatif kecil dan ringkas. “Beda halnya teknologi VSAT konvensional yang menggunakan parabola berdiameter 1-1,8 meter, berat dan sulit untuk di instalasi, karena dibutuhkan keahlian khusus untuk mengerjakannya. “jelas Thomas
Sementara untuk instalasi perangkat VSAT Starlink, hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menitringkas, berbentuk persegi panjang dengan diameter 57,5 cm x 51,1 cm, perangkat ini memiliki berat total hanya sekitar 7 Kg, dan perangkat terminal ini hanya membutuhkan catu daya sebesar rata-rata 110-150 watt saja. Meskipun kecil hemat daya namun sangat powerful karena memiliki kemampuan akses internet yang relatif tinggi yakni per terminal mampu mengakses konektifitas pengunduhan data (Download) hingga maksimal 500 Mbps dan pengiriman data (Upload) hingga 20 Mbps,” Perangkat VSAT Starlink bisa digunakan hanya dengan menggunakan satu daya battre, dan bisa mobile atau dibawa bepergian traveling baik di darat maupun lautan. Dan tim Marketing Communication NSC sudah pernah membawa perangkat ini ke lokasi Gunung Parau Pulau Jawa melakukan demo real video call. zoom meeting setelah VSAT Starlink active menggunakan satu daya battre, dan kondisi riil nya ternyata bisa digunakan hingga lebih dari 3 jam. ” tegas Maulana mengakhiri
(Jhon Tobing)