Wakil Bupati Pakpak Bharat Terima Anugerah Pendidikan Indonesia 2022

Salak, Pakpak Bharat | Intelpostnews.com

Wakil Bupati Pakpak Bharat, H Mutsyuhito Solin, Dr, M.Pd, menerima Anugerah Pendidikan Indonesia Ikatan Guru Indonesia 2022 (API IGI 2022).

Wakil Bupati Pakpak Bharat yang juga menjadi salah satu tokoh Pendidikan Sumatera Utara ini menerima Anugerah Pendidikan Indonesia 2022 bersama Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan 37 orang tokoh pendidikan, pejabat publik, politisi, agamawan dan tokoh masyarakat se-Indonesia yang berkontribusi besar kepada dunia pendidikan.
Wakil Bupati Pakpak, H mutsyuhito solin, Dr, M.Pd yang menjadi satu-satunya penerima Penghargaan mewakili Sumatera menerima penghargaan dimaksud di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta (15/09/2022).
Ketua IGI Wilayah Sumatera Utara, Dewi Sri Indriati Kusuma menjelaskan perihal pengusulan nama H. Mutsyuhito Solin, Dr, M.Pd didasari pada kuatnya komitmen yang dia bangun dalam mendukung penyelenggaraan pembelajaran selama masa pandemic covid 19.
Kami mengusulkan Bapak Mutsyuhito Solin karena komitmen nyata beliau untuk mendukung guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di masa pandemi COVID-19, “ungkap Dewi Sri Indriati Kusuma.
Pandemi COVID-19 telah memberikan tantangan berat kepada guru. Seiring penutupan sekolah, guru dituntut mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara efektif. Kegagalan dalam menjalankan PJJ berdampak kepada hilangnya kemampuan belajar siswa (learning loss). Guru perlu dilatih dan didampingi agar mampu menghadapi situasi darurat ini.

Selama masa pandemic ini kami melihat kesungguhan dari seorang Mutsyuhito dan IGI bekerja sama melatih guru-guru di Pakpak Bharat untuk menyusun materi dan menjalankan strategi PJJ baik secara daring dan tatap muka, “tambahnya.

Sementara itu Ketua IGI Daerah Pakpak Bharat, Nurlaila Solin mengatakan tantangan PJJ di Pakpak Bharat jauh lebih kompleks dibandingkan daerah lain di Sumut. Hal itu disebabkan kondisi alam Pakpak Barat yang memiliki keterbatasan infrastruktur seperti minimnya akses kepada listrik dan internet.

Hal ini menyebabkan hanya 25-30 persen siswa Pakpak Bharat yang bisa mengikuti PJJ secara daring. Sisanya harus belajar di luar jaringan (luring). Guru harus mendatangi rumah orangtua siswa satu persatu agar anak-anak ini bisa ikut belajar.

Situasi seperti ini tidak pernah dihadapi guru-guru Pakpak Bharat sebelumnya, sehingga wajar sekali kalau mereka kebingungan di awal-awal pandemi. Disinilah pentingnya pelatihan dan pendampingan diberikan kepada guru. Hanya dengan adanya pelatihan dan pendampingan, guru mampu menjalankan PJJ sesuai kondisi Pakpak Bharat, ungkap nurlaila Solin menjelaskan.

wartawan : Ridwan Manik

Editor. : AJ Sagala

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *